Jumat, 26 Juni 2015

Pembibitan Udang Windu Yang Baik


Giant Tiger dengan nama lain Panaeus Monodon atau di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama Udang Windu. Udang windu termasuk salah satu udang unggulan di Indonesia.  Julukan lain yang lebih dikenal untuk nama udang ini yaitu udang harimau, dikatakan udang harimau karena ukuran udang ini yang besar.
   Bila dibandingkan dengan jenis udang lain (atau nanti  akan saya jelaskan di postingan berikutnya) , misalnya udang vannamei, udang windu masih lebih banyak disukai karena udang windu yang memiliki daging yang gurih dan juga ukurannya yang lebih besar.


Cara Pembibitan Udang Windu :
1. Mempersiapkan Benih / Benur
Benih adalah salah satu sarana yang paling utama dalam mengembangkan sistem usaha peternakan ikan maupun udang. Benur atau benih udang bisa didapat langsung dari tempat pembenihan atau langsung dari alam. Benur atau benih yang baik dapat dijelaskan dengan cirri-ciri berikut :
a. Mempunyai tingkat kehidupan yang tinggi.
b. Cara dan kekuatannya untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi.
c. Warnanya tidak pucat, hitam ataupun merah.
d. Bergerak aktif dan sehat,
e. Mempunyai organ tubuh yang lengkap.
Untuk mengetahui dan menguji kualitas benur yang baik, dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu :
a. Letakkan sejumlah benur dalam baskom atau ember yang berisi air, yang penting wadah untuk menampung benur.
b. Goyang atau aduk wadah tempat benur tersebut, dengan cukup gerakan kencang sekitar 1 – 3 menit.
c. Benur yang baik dan sehat untuk dibudidaya akan tahan terhadap adukan atau pun goncangan tersebut dengan terus berenang melawan arus putaran air akibat goncangan atau adukan, setelah arus berhenti, benur yang baik dan sehat untuk dibudidaya akan tetap aktif bergerak di dalam wadah.

 2. Cara Memperlakukan dan Merawat Benih
a. Cara Pemeliharaan Benih yang baik adalah dengan mengadakan sistem kolam terpisah :
Persiapkan Bak atau Kolam  Larva yaitu kolam diatom, kolam induk, dan kolamlarva dipisahkan.

#) Kolam Diatom
Diatom untuk makanan larva udang yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies Chaetoceros (sejenis plankton laut), Skeletonema (plankton yang berbentuk silinder dan sebagian besar hidup di laut) dan Tetraselmis (mikroalga dari golongan alga hijau) di dalam kolam volume 1000-2000 liter. Spesies diatom yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.

#)  Kolam Induk
Kolam yang dibuat berukuran 500 liter ini diisi induk udang yang mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetas akan menjadi nauplius, dipindahkan.

#) Kolam Larva
Kolam larva dibuat berukuran 2000-80000 liter. ARtemia/zooplankton diambil dari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post larva (PL5-PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000 ekor/m2, yang setiap kali diberi makan artemia atau makanan buatan, kemudia PL20-PL30 benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.

b. Cara Pengipukan atau Pendederan Benur di Petak Pengipukan

*) Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran udang (lebih kurang 10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31 derajat Celcius dan kadar garam 5-25 per mil.
*) Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih lemah terlindung dari terik matahari atau hujan.
*) Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu yang diisi air yang kadar garam dan suhunya hamper sama dengan keadaan selama pengangkutan, kemudian secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan air dari petak pendederan.
*) Kepadatan pada petak ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan daging udang atau ikan yang dihaluskan.
*) Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan. Pemberian pelet sebaiknya dilakukan sebanyak 10 -20  % kali jumlah berat benih udang per hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus lebih kurang 0,003 gram dan berat benih kasar lebih kurang 0,5 - 0,8 g.
*) Pelet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus 20%, bungkil kelapa 20% dan tepung kanji 20%.
*) Pakan yang diperlukan secangkir pakan untuk petak pengipukan/pendederan seluas 100m2 atau untuk 100000 ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.

c. Cara Pengipukan di Dalam Hapa

*) Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jarring 3-5 mm agar benur tidak dapat lolos,
*) Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam petak-petak tambak yang penggantian airnya mudah dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancapkan di dasar petak tambak, Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret pada suatu petak tambak.
*) Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4-6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5 – 1 m.
*) Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor per m2.
*) Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan buatan berupa pelet udan yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
*) Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai panjangnya 3-5 cm, dengan persentase hidup 70 - 90%.
*) Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
*) Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung ikan atau udang yang dikehendaki agar tetap hidup.

d. Cara pengangkutan :
Pengangkutan menggunakan kantong plastik :
#) Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,08 mm diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000 ekor.
#)  Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung dan diikat dengan tali.
#)  Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10 % dari berat airnya.
#)  Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat Celcius selama 10 jam perjalanan dengan angka kematian 10 – 20 %.

Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik :
#) Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
#) Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam bertekanan lebih.
#) Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500 – 700 ekor/liter. Selama 6 – 8 jam perjalan, angka kematiannya sekitar 6 %.
#) Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.
#) Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.

e. Waktu yang tepat untuk penebaran benur sebaiknya ditebar pada tambak di saat waktu yang teduh.

1 komentar:

  1. Terimakasih atas wawasan yg telah diberikan,semoga ini sangat bermanfaat khususnya bagi saya.

    BalasHapus