Giant
Tiger dengan nama lain Panaeus Monodon atau di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama Udang
Windu. Udang windu termasuk salah satu udang unggulan di Indonesia. Julukan lain yang lebih dikenal untuk nama
udang ini yaitu udang harimau, dikatakan udang harimau karena ukuran udang ini
yang besar.
Bila dibandingkan dengan jenis udang lain (atau nanti akan saya jelaskan di postingan berikutnya) ,
misalnya udang vannamei, udang windu masih lebih banyak disukai karena udang
windu yang memiliki daging yang gurih dan juga ukurannya yang lebih besar.
Cara Pembibitan Udang Windu :
1. Mempersiapkan Benih / Benur
Benih adalah salah satu sarana yang paling
utama dalam mengembangkan sistem usaha peternakan ikan maupun udang. Benur atau
benih udang bisa didapat langsung dari tempat pembenihan atau langsung dari
alam. Benur atau benih yang baik dapat dijelaskan dengan cirri-ciri berikut :
a. Mempunyai tingkat kehidupan yang
tinggi.
b. Cara dan kekuatannya untuk dapat
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi.
c. Warnanya tidak pucat, hitam ataupun
merah.
d. Bergerak aktif dan sehat,
e. Mempunyai organ tubuh yang lengkap.
Untuk mengetahui dan menguji kualitas
benur yang baik, dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu :
a. Letakkan sejumlah benur dalam baskom
atau ember yang berisi air, yang penting wadah untuk menampung benur.
b. Goyang atau aduk wadah tempat benur
tersebut, dengan cukup gerakan kencang sekitar 1 – 3 menit.
c. Benur yang baik dan sehat untuk
dibudidaya akan tahan terhadap adukan atau pun goncangan tersebut dengan terus
berenang melawan arus putaran air akibat goncangan atau adukan, setelah arus
berhenti, benur yang baik dan sehat untuk dibudidaya akan tetap aktif bergerak
di dalam wadah.
2. Cara Memperlakukan dan Merawat Benih
a. Cara Pemeliharaan
Benih yang baik adalah dengan mengadakan sistem kolam terpisah :
Persiapkan Bak atau
Kolam Larva yaitu kolam diatom, kolam
induk, dan kolamlarva dipisahkan.
#) Kolam Diatom
Diatom
untuk makanan larva udang yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies
Chaetoceros (sejenis plankton laut), Skeletonema (plankton yang berbentuk silinder dan sebagian besar hidup di laut) dan Tetraselmis (mikroalga dari golongan alga hijau) di dalam kolam volume 1000-2000 liter.
Spesies diatom yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis, walaupun
lebih menyukai zooplankton.
#) Kolam Induk
Kolam
yang dibuat berukuran 500 liter ini diisi induk udang yang mengandung telur yang
diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang
sudah dibuahi dan sudah menetas akan menjadi nauplius, dipindahkan.
#) Kolam Larva
Kolam
larva dibuat berukuran 2000-80000 liter. ARtemia/zooplankton diambil dari kolam
diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post larva (PL5-PL6). Larva
periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000 ekor/m2,
yang setiap kali diberi makan artemia atau makanan buatan, kemudia PL20-PL30
benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.
b. Cara Pengipukan atau
Pendederan Benur di Petak Pengipukan
*) Petak pendederan
benur merupakan sebagian dari petak pembesaran udang (lebih kurang 10% dari
luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu sudutnya dengan kedalaman
30-50 cm, suhu 26-31 derajat Celcius dan kadar garam 5-25 per mil.
*) Petak terbuat dari
daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih lemah terlindung dari terik
matahari atau hujan.
*) Benih yang baru datang,
diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu yang
diisi air yang kadar garam dan suhunya hamper sama dengan keadaan selama
pengangkutan, kemudian secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan
diganti dengan air dari petak pendederan.
*) Kepadatan pada petak
ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan daging
udang atau ikan yang dihaluskan.
*) Pakan tambahan berupa
pellet udang yang dihaluskan. Pemberian pelet sebaiknya dilakukan sebanyak 10
-20 % kali jumlah berat benih udang per
hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus lebih kurang 0,003 gram
dan berat benih kasar lebih kurang 0,5 - 0,8 g.
*) Pelet dapat terbuat
dari tepung rebon 40%, dedak halus 20%, bungkil kelapa 20% dan tepung kanji
20%.
*) Pakan yang diperlukan
secangkir pakan untuk petak pengipukan/pendederan seluas 100m2 atau untuk
100000 ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.
c. Cara Pengipukan di
Dalam Hapa
*) Hapa adalah kotak
yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jarring 3-5 mm agar benur tidak dapat
lolos,
*) Hapa dipasang
terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam petak-petak tambak yang
penggantian airnya mudah dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang
yang ditancapkan di dasar petak tambak, Beberapa buah hapa dapat dipasang
berderet-deret pada suatu petak tambak.
*) Ukuran hapa dapat
disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4-6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5 –
1 m.
*) Kepadatan benur di
dalam hapa 500-1000 ekor per m2.
*) Pakan benur dapat
berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga
diberi pakan buatan berupa pelet udan yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
*) Lama pemeliharaan
benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai panjangnya 3-5 cm, dengan persentase
hidup 70 - 90%.
*) Jaring sebagai
dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
*) Hapa sangat berguna
bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu
dipergunakan menampung ikan atau udang yang dikehendaki agar tetap hidup.
d. Cara pengangkutan :
Pengangkutan
menggunakan kantong plastik :
#) Kantong plastik yang berukuran panjang
40 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,08 mm diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000
ekor.
#) Kantong plastik diberi zat asam sampai
menggelembung dan diikat dengan tali.
#) Kantong plastik tersebut dimasukkan
dalam kotak kardus yang diberi styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong
plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10 % dari
berat airnya.
#) Benih dapat diangkut pada suhu 27-30
derajat Celcius selama 10 jam perjalanan dengan angka kematian 10 – 20 %.
Pengangkutan dengan
menggunakan jerigen plastik :
#) Jerigen yang digunakan yang berukuran 20
liter.
#) Jerigen diisi air setengah bagiannya dan
sebagian lagi diisi zat asam bertekanan lebih.
#) Jumlah benih yang dapat diangkut antara
500 – 700 ekor/liter. Selama 6 – 8 jam perjalan, angka kematiannya sekitar 6 %.
#) Dalam perjalanan jerigen harus
ditidurkan, agar permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.
#) Untuk menurunkan suhunya bisa
menggunakan es batu.
e. Waktu yang tepat
untuk penebaran benur sebaiknya ditebar pada tambak di saat waktu yang teduh.